Minggu, 13 September 2009

TEH? BELISSIMO! UENAK TENAN!

Kemaren waktu rapat panitia reuni SMAN 8 angkatan 1986 di Omah Sendok, bbrp dari kita rame2 pesen teh gelas besar. Aku pilih tawar. Teh nya blended. Aku lupa campurannya apa aja – udah dikasih tau sih, Cuma ageing problem nih, jadi lupaJ. Yossy bilang enak banget! Lumayan, menurutku, kurang panas, kurang sepet. Suka teh? I do. Indeed. Bisa dibilang mulai addict. Aku suka banget teh, dengan segala variasi rasanya. Mulai dari yang didapet dr warung kayak teh botol Sosro, fruit tang dengan segala variantnya, teh tawar kotak, teh kelat yang hanya ada di sumatera, berbagai macam teh Jawa yang ga didapetin di supermarket krn hanya dijual lokal, teh oleh2, teh yang ga ada mereknya beli langsung di tempat industri rumahan, sampe teh hotel yang di bela-belain di embat :D.

Teh.

Kenikmatan nya ada pada panas dan rasa aslinya. Makanya aku selalu minta yang tawar. Biasanya kalo aku minum sedikit2 itu karena kenikmatannya baru terasa. Cecap sedikit, sruput..Kalau sudah terbiasa rasanya, baru di glek. Rasanya bisa lama di ujung lidah – makin sepat makin enak-karenanya makin kental makin berasa nikmatnya, sementara panasnya terasa turun dari tenggorokan ke dada. Berlebihan? Nggak juga karena emang terasa kok. Begitu memang menurutku cara minum teh. Karenanya, cangkir nggak cukup. Kudu gelas. Tapi bukan cuma rasanya. Crita2 seputar teh makin buat aku cinta sama teh. Setelah lebaran th lalu, aku diundang untuk High Tea dirumahnya, oleh seorang kenalan baru. Disana ada beberapa kenalan baru yang ternyata bersuamikan orang “Putih”. Pahamlah sekarang kenapa temanku itu ngundangnya dengan nyebut : High Tea. Wong londo gitu loh…

Sejarahnya

Menurut beberapa bahasa, Chai artinya teh dari kata Cina aslinya : “Cha”. Orang inggris menyebutnya sebagai “tay” dan berubah menjadi “tea”. Cina diyakini sebagai asal sejarah teh sekitar 5000 th yl – dengan kaisar Shen Nung sbg penemunya. Buku pertama tentang teh ditulis oleh pendeta Budha Lu Yu th 800 dan dari dialah tatacara minum the dikenal – dibawa ke Jepang dan menyebar melalui penjajahan Portugis lewat pendetanya th 1500an yang sukses berdagang dengan Cina. Afiliasinya dengan Belanda membuat Portugis membawa teh ke eropa. Di belanda, semua makanan minuman mengandung susu. Karenanya, dari sinilah teh campur susu pertama kali dikenalkan. Di Perancis, kabarnya hanya bertahan menjadi minuman populer selama 50 th, karena masyarakatnya lebih menyukai rasa yang lebih kuat, seperti wine, coklat, kopi. Itu kenapa di sana kedai Kopi banyak ditemui, dan rasanya mendunia macam ekspresso, cappucino, latte, dll. Di Eropa emang ada banyak Kedai Kopi. Tapi, minumannya banyak juga yang teh ( ini kerena kopi dateng duluan). Kalo di Inggris, kedai kopi (teh) disebut dengan “Penny Universities”. Universitas recehan. Karena dengan 1 penny, mereka udah dapetin 1 jug teh, sambil baca koran dan diskusi dengan sesama pengunjung.

Balik ke Belanda (oh Belanda....:D) pendudukan Belanda yang kenceng membawa teh ke Amerika (di kota New Amsterdam – yang kemudian oleh Inggris di namai kembali menjadi New York – nama yg kita kenal smp sekarang). Inggris trus bawa teh dari Amerika tsb ke Inggris, dan menjadikannya minuman nasional menggantikan ALE – minuman panas kayak wedang jahe disini, kira2 – karena semua level masyarakat ternyata seneng banget dengan minuman ini.

Inggris punya kebiasaan makan berat 2 kali dalam sehari : Makan pagi dan malam. Sarapan, mereka pake ALE, roti dan daging. Makan malem masih panjang jaraknya dari sarapan, itu kenapa victorian ladies – putri2 raja jaman victoria th 1800an mengundang temen2nya ke kastilnya dengan menu yang serupa : kue cake, roti dengan isinya, plus teh. Kebiasaanya ini kemudian mengilhami masyarakat untuk mengundang kerabat di sore hari jam 5 – krn wkt itu banyak putri2 yang tinggal di kastil dengan halaman yang guedhee..... Jadi, acaranya jalan2 di taman, trus minum teh. Pernah liat film ”Ever After : the story of Cinderella”? Dimana putri2 “anak pak lurah” bercengkrama.

Tea Time

Low tea biasanya diadakan di antara siang dan sore. Karenanya makanannya juga ga seberat High Tea. Ini juga sebenernya tergantung sama kelas pengundangnya. Low tea biasa digunakan oleh pengundang yang lebih berkecukupan, dengan makanan2 kecil mengundang selera dimakan. Biasanya makanannya cantik2, one bite size, gitu. Sekali gigit habis. Habis itu jalan2, ngrumpi, ambil lagi kuenya, bgt seterusnya. Kalo hidangan High Tea merupakan makanan berat dan mengandung hampir komplit makanan malam : daging, pure kentang (mashed potatoes), kacang2an. Diadakan lebih sore. Karenanya juga sering dianggap pengganti makan malem atau pengantar makan malam.

Blended

Kalo di Belanda teh di campur susu, di Rusia, teh biasa dihidangkan dengan campuran madu atau selai. Aku udah coba beberapa merek/jenis teh, termasuk :

- teh india (biasa minum di kedainya Bpk/Ibu Lukman Bafagih – depan pasar PSPT),

- poci wasgitel (wangi panas sepet legi lan kenthel – di mana2 ada. Merknya biasanya emang teh poci yang kenthel itu),

- Earl Grey (campuran teh hitam sama bergamot. Earl Grey ini sebenernya nama PM Inggris abad 17, lho. Termasuk yang terenak didunia, katanya)

- Chinese Green Tea (rasanya agak aneh – pertama kali nyobain dari temen2 di kantor lama – skrng banyak juga di swalayan – gambarnya bunga matahari),

- teh merah (ga enak. aneh rasanya – konon asalnya dari afrika selatan dan katanya bentuk daunnya kayak jarum – jd emang ga kayak tanaman teh yang biasa kita kenal). Tapi konon teh merah ini spt teh hijau banyak vitamin, mineral, antioxidan. Bahkan, di Afrika teh ini banyak dikonsumsi ibu hamil karena kandungan zat besinya,

- teh putih (dari Cina – banyak di Jakarta)

- teh hijau (banyak juga buatan lokal),

- Herbal tea (kalo ngaji dirumah mbak Irama pasti dikasih suguhan teh pake daun mint ini),

- floral tea (Teh melati, camomile – mudah didapat juga),

- Teh Oolong ( dari Taiwan, termasuk teh hitam, kayaknya. Atau teh hijau? Di kasih contoh sama temen),

- Black Darjeeling (jenis teh hitam asal dari India - ngembat beberapa sachet versi celupnya di hotel. Asli, enak banget! – ternyata ini emang jarang dan untuk kelas teh hitam, ini termasuk yang top nya)

Saking penasaran sama teh, beberapa kali Aku coba bikin teh dengan mencampur merk 1 dengan lainnya (ada beberapa merek teh tubruk beli di warung2 di Pekalongan dengan berbagai merek) atau di bubuhi bumbu bhn pembuat kue : spekulaas/ spekuk. Rasanya? Belissimo!

Tapi rasa emang nggak bisa diperdebatkan. Beberapa kali aku make bumbu spekuk (campuran, cengkeh, kapulaga, kayu manis) itu, dan karena ngliat cara aku minum teh keliatan nikmat (kadang2 kubuat ekspresi yang bombastis kalo sadar lagi diliatin keponakan2) maka, keponakan2 ku pingin ikut nyoba. Aku udah ngingetin sebelumnya kalo mereka pasti nggak suka.

Makin di larang, anak2 makin penasaran. Akhirnya kukasih lah teh itu. Mereka yang mau lho..

Keukeh minta, setelah dapet dan nyruput, biasanya mereka langsung lepeh itu teh, sambil triak : HUEK! JAMU, Te!

:D

Nggak mau denger tantenya sih.....

Tags: | Edit Tags

Monday August 21, 2006 - 09:14pm (PDT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar