Senin, 14 September 2009

Passer Malem TONG TONG

Sabtu kemarin, setelah pinjem buku di perpustakaan Erasmus, seperti biasa kalo ada pameran aku pasti sempetin mampir (wong pasti lewatin, sih :D).

Jadi, kemarin aku pinjem 3 buku

1. ”Jan die altjid te laat kwamen” Jan yang selalu dateng telat,

2. ”100 leuke spelletjes” – 100 permainan yang asik

3. ”Geschiedenis van Fiets – Sejarah sepeda

Semua bahan2 bacaan untuk sabtu minggu depan di rumahsakit. Ah ya, yang mau ku critain ya tentang pamerannya. Karya Rogier Bloom (kalo nggak salah yaa..) ini dipajang oleh yayasan Tong Tong. Siapa Bloom? Apa itu Tong Tong?.

Rogier adalah seniman grafis Indo Belanda anak pak Vincent Mahieu alias Tjalie Robinson, pemuka Indo-Belanda sekaligus penulis sastra bekend di Belanda – seorang inisiator penyelenggara pasar malam Tong tong – sebuah kegiatan untuk mempertahankan kebudayaan campuran Indis. Secara dari kecil udah dilibatin sama kesibukan Bapaknya (Meneer Tjalie), begitu keahlian anaknya ”terkuak”, maka majalah/newsletter tentang pasar malam dibuat grafisnya oleh anaknya itu (mas Rogier). Karena passer malem Tong Tong udah dari tahun 60-70 an, maka grafisnya keliatan unik. Paduan warna eropa dan langgam jawa, kira2 begitu. Karena, memang diperuntukan untuk indo belanda yang tinggal di sana.

Tong Tong atau yang dikenal dengan Pasar Malam Besar Tong Tong adalah event kebudayaan Indo-Belanda dan Indonesia terbesar di Belanda. Setiap tahun, pada bulan Mei atau Juni, di kota Den Haag diselenggarakan Pasar Malam Besar (Kayak Jakarta Fair jaman kita kecil dululah. Rame). Pasar malam besar ini konon kabarnya mirip dengan pasar malam sebelum perang dunia kedua di Batavia. Jadi jelas disini, event ini adalah kegiatan nostalgia pelepas rindu kelompok Indo Belanda: mereka yang berdarah campuran Belanda/Eropa - Indonesia. Inisiatornya? ya pak Tjalie Robinson..

Den Haag sendiri sampe sekarang mendapat julukan kota Indis, soalnya banyak orang Indo-Belanda yang menetap di ibu kota pemerintahan Belanda ini. Orang Indo-Belanda mayoritas adalah “ambtenaar” (pegawe negri) di Hindia Belanda (sebutan lama untuk Indonesia) dan waktu mereka hijrah ke Belanda sebagian besar tetep nerusin karir sebagai pegawai negeri di berbagai departemen pemerintahan Belanda di Den Haag.

Pasar Malam Besar itu kabarnya diadakan juga agar para pensiunan dan orang-orang Indo seperti ini bisa tetep bisa keep in touch sekaligus nostalgia. Konon pula kabarnya pas kita masuk tenda raksasa pasar malam Tong-Tong, kita akan masuk ke dalam dunia "Mooi Indie" tahun 1940an. Kok konon kabarnya semua? Iyalah, aku kan belum pernah kesana....Yang pasti, nama Tong tong diambil karna pak Tjalie terkesan dengan alat komunikasi kita berupa kentungan kayu untuk manggil orang2 untuk berkumpul.

Tong Tong!! Kumpul!!! Kumpul!!!.

Begitu.
Kira2...

Tags: | Edit Tags

Wednesday March 28, 2007 - 07:58pm (PDT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar