Rabu, 16 September 2009

THE ALCHEMIST

Seperti The Secret, buku The Alchemist ini ku review buru2 krn janji mau kasih reviewnya untuk sahabatku, Bima. Ada untungnya juga, krn kalo nggak, aku akan berlama2 menyimpannya di pikiran dan nggak sempat memberitakannya ke orang lain.

Padahal, ini buku bagus.


Adalah Susy, sahabat yang kukenal pertama kali di kantor lama yang tiba2 dlm chat kami menanyakan apa aku telah membacanya. Anggap saja belum krn wkt itu nggak tuntas bacanya. Begitu kira2 jawabku dan Susy tiba2 datang main ke kantor, memberikan 2 buku bagus. Salah satunya, ya The Alchemist ini. Kadang kupikir ini bagian dari "The Secret".

Cerita bergulat antara perjalanan fisik seorang gembala bernama Santiago yang berkelana mengejar mimpinya, dengan pergulatan batinnya setelah pertemuannya dengan seorang Alkemis , seorang yang memahami bermacam ilmu dan pertanda dan mengajarinya Jiwa Dunia Cinta dan kegigihan di padang gurun Mesir. Begitu, kira2. Coba simak percakapan berikut :

"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?" tanya si anak ketika mereka mendirikan tenda pada hari itu. "sebab di mana hatimu berada di situlah hartamu berada."

Nggak seperti buku Paulo Coelho lainnya yang pernah kubaca : "Di tepi sungai Piedra aku menangis", isi cerita The Alchemist mengalir santai namun mengandung arti yang dalam.

Ceritanya berkisar pada petualangan seorang anak lelaki, Santiago, yang berkelana mengejar mimpi dan hidupnya. Mulai dari hidupnya sebagai seorang gembala, lalu tertipu oleh pemuda seumurannya, hidup sebagai pelayan toko, memberi berkah pada pemilik toko, mengumpulkan uang dan mengembara di padang pasir, hilang lagi harta bendanya namun kemudian malah menemukan hartakarun berbatang2 emas dan hartakarun lainnya yang paling berharga : cintanya pada Fatima, sang gadis gurun.

Buku ini bercerita tentang takdir dan bagaimana perilaku manusia dalam menghadapinya. Buku ini bercerita tentang bagaimana sang gembala hidup dengan mimpinya, menjadikannya sebagai tujuan hidup dan berhasil mencapainya dengan cara yang tak diduganya (petunjuk harta karun justru ditemukan Santiago dari seorang yang menertawakannya krn punya mimpi : "aku telah bermimpi 2 kali tentang harta karun yang berada disebuah tempat bla bla bla dan aku tak percaya mimpi". Dan blasssss!!!! Santiago paham bahwa mimpi org tsb adalah petunjuk menuju harta karun yang sesungguhnya). Buku ini juga mengurai bagaimana semakin orang mengejar hidup semakin banyak hidup dan kehidupan itu yang harus dikejar. ”Maktub (sudah tertulis)” – begitu selalu kata pemilik toko kristal menilai kehidupan.

"Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal yang menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan sesuatu yang kau pegang ..."

'Makanlah pada saat makan. Dan berjalanlah pada saat harus berjalan.'"


...."Karena itulah aku ingin kau meneruskan mencari impianmu. Kalau kau merasa harus menunggu sampai perang berakhir, tunggulah. Tapi kalau kau merasa harus pergi sekarang, pergilah mengejar mimpimu. Bukit-bukit pasir ini senantiasa berubah dihembus angin, akan tetapi padang gurun itu tak pernah berubah.
Begitu pula cinta kita. "Maktub (sudah tertulis)," kata Fatima, gadis yang dicintainya. "Kalau aku memang bagian dari mimpimu, suatu hari nanti pasti kau kembali."

Maktub adalah takdir.

Setiap orang mengejar impian dan tak pantas menyalahkan takdir sebagai penyebab kegagalan. Dan memahami bahwa selalu ada blessing in disguise.

Menemukan hikmah, juga merupakan pertanda yang sudah tertulis.

Maktub.

Terlihat baik atau buruk, its just a path.

Harus dilalui….

Tags: | Edit Tags

Tuesday February 12, 2008 - 01:32am (PST)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar