Rabu, 16 September 2009

ERASMUS

Sabtu pagi kemarin, sewaktu menyiapkan ibu untuk ngajak pergi jalan2, keponakan2ku dateng. Hari itu aku berencana ajak ibu ke perpusatakaan. Kalo nggak ke library@senayan kepunyaan Diknas, kami akan ke Erasmus. Kedatangan keponakan2 membuatku memilih ke perpusatakaan Erasmus. Pasalnya, disana selalu ada pameran arts, jadi, aku mau kenalkan anak2 ada hal2 indah diluar sana, selain buku.

Difa menanyakan siapa Erasmus, begitu tau akan kuajak”kerumah pak Erasmus alias ke Erasmuis Huis”. Huis dalam bahasa belanda, berarti rumah. Perpustakaan yang menjadi bagian dari cultureel centrum kedutaan kerajaan belanda memang menjadi langgananku sejak th 92? Atau malah sebelumnya?. saat mulai belajar bahasa Belanda.

Difa, keponakanku, 7 th, tertarik apa itu perpustakaan, ngapain dan ada apa disana, dll. Alkisah, aku sempet kasih tau Difa kalo Erasmus adalah cendikia dari Belanda yang kaya, pintar dan baik hati krn sampai sekarang bisa kasih pinjem buku2nya yang banyak itu, supaya orang2 jadi pinter...

Di perpustakaan, ke 3 keponakanku berlaku cukup manis. Mungkin krn ancamanku ”kalo nakal, berisik, lari2, teriak2, te nggak akan pernah ajak ke perpustakaan lagi”. Disana, karena lantainya dari kayu, suara sandal/sepatu mereka terdengar berisik. Aku biarkan krn memang sulit menekan bunyi langkah. Tapi, saudara2 lainnya mengingatkan satu dan lainnya dengan cukup berisik : Shhh...jangan berisik jalannya – kata yang satu mengingatkan lainnya, tanpa sadar ”shhhh” mereka cukup keras.

Begitulah bergantian, krn mereka sangat antusias memilih buku2 bergambar, menunjukkannya pada saudara lainnya, ke eyang, ke ibunya, akau ke aku, tantenya. Sengaja ku kenalkan yang ada dalam kotak kayu dan bukan yang ada di rak, supaya kalo mau tukar dengan lainnya, bisa tinggal taro, ambil baru krn kalau ambil dari rak, akan sulit ngembalikan ke tempat semula.

Difa tertarik menggunakan kursi yang juga ku pake untuk manjat2 ambil buku. Sampai suatu saat Difa menengadah ke shelves isi buku2 yang menjulang dan menemukan sebuah patung gips. Setinggi +/- 40 cm. Begini kira2 percakapan kami.

Difa : Te, bisiknya. Itu sapa?.
Aku : Itu yang namanya pak Erasmus, de.
Difa : Orang kristen ya?. Tanyanya lagi.
Aku : Iya
(secara beliau dulunya pastor/teolog...). Emang knapa?, tanyaku.
Difa : Gapapa kok. Ini rumahnya? Katanya masih dengan berbisik.
Aku : Rumahnya di Belanda, de. Meninggalnya disana juga.
Difa : Haahh? Udah meninggal? Tanyanya kaget
Aku : Ya.
Difa : Te, te, bisiknya lagi. Sakit apa sih, te???
Aku : ?*&^%$


(apa mas Google bisa bantu?, hehehe...)

Tags: | Edit Tags

Sunday July 15, 2007 - 08:15pm (PDT)

1 komentar: