Senin, 14 September 2009

SEBUTAN UNTUKNYA..

Tubuhnya sangat besar dengan tinggi 178 cm dan berat 3 digit awal (nggak boleh disebutin, katanya). Ukuran baju 3L dengan ukuran sepatu 46 membuat keponakan2ku melihatnya seperti raksasa. Tidak. Dia tidak hitam menyeramkan, justru putih sekali, dan kerap disebut dengan bule. Kelihatannya kesukaannya makan makanan berkuah, dan ketika kami makan bersama, melihatnya menyeka mukanya yang berkeringat karena makanan makanan dalam mangkok tersebut, adalah pandangan yang sangat mengasyikkan. Kesukaan lainnya, memakai baju warna terang yang cocok dengan warna kulitnya. Ya, dia pandai sekali memadu padan jeansnya yang berwarna warni itu dengan baju kaosnya yang cerah. Jujur, dia memang enak sekali dipandang...

Aku sering menyebutnya pria berpenampilan Rambo dengan hati Rinto karena dengan badan sekekar itu (mungkin karena 5 bulan belakangan ini rajin sepak bola minimal 2 kali seminggu) dia seringkali terlihat melankolis. Terutama jika berbicara tentang ayahnya tercinta. Sebagai bungsu, wajar jika sangat dekat dengan orangtuanya. Dia kerap mengulang cerita tentang bantuan ayahnya saat awal memasuki profesi yang sekarang dijalaninya dan selalu bersedih karena tak sempat membalas budi ayahnya. ”Rinto” nya juga ditunjukkan dengan ceritanya tentang keadaan personal tim nya yang membuatku mengenangnya sebagai lelaki yang lembut hati.. Dan, kemelankolisannya bisa juga diliat dari koleksi CD nya yang disusunnya rapi di 2 kotak dan tersimpan di kendaraannya. Banyak lagu2 yang manis disana – dan satu kotak CD nya ada di rak ku saat ini..

Aku pernah menyebutnya dengan pria berpenampilan kafe hati mesjid hanya karena dia sangat suka sekali ke mall, kafe Pasir Putih atau tempat dugem (kebalikan dengan aku yang sama sekali nggak pernah ke kafe dan nggak suka ke mall) dan sangat gaul serta lebih ke pria metrosexual. Dibalik semua itu, ternyata dia mencoba menjadi muslim yang baik. Ketika waktunya memberikan sepatah kata membuka acara kantornya, ayat2 suci sering dikutipnya dan dibacanya dengan fasih – saking hafalnya - untuk mengingatkan tim nya.

Aku pernah memanggilnya dengan sebutan Nano2, ketika untuk pertama kalinya dia menyatakan kebaratannya dipanggil dengan sebutan nama belakangnya. ”Untuk memperpanjang deretan nama dengan panggilan itu?, begitu kira2 protesnya”. Lalu dia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan No yang kemudian kumodifikasi menjadi Nano2 karena No mengingatkanku pada panggilan ”Mr. No” di film James Bond dan dia memanggilku Nona hanya supaya kami terlihat ”satu paket”. Nano – Nona.

Aku menyebutnya sebagai pria yang suka TePe, saking banyaknya penggemarnya. Ya, dia kerap sekali menceritakan hal ini dan aku menganggapnya, ini terjadi karena dia suka tebar pesona. Tapi, dia memang mempesona. Benar benar mempesona. Ini juga yang kurasakan sewaktu pertama kali kami berkenalan via sms dan telepon dan belum pernah bertemu sebelumnya. Aku terpaksa mengakui ”kejujurannya” bahwa dia memiliki banyak fans karena secara tidak sengaja, saya ”terpaksa” berkenalan dengan para wanita itu.

Aku sering menyebutnya anak muda, karena dia selalu merasa muda dan menganggapku jauh lebih tua, padahal dia hanya 1 tahun lebih muda dariku. Dan kami satu angkatan.

Aku kerap menyapanya dengan sebutan ”nak”, jika dia kelihatan sedang ingin bermanja manja atau berkeluh kesah membutuhkan ”tempat bersandar”. Nggak benar2 bersandar karena kami berbeda pulau.

Banyak sebutan yang pernah kutempelkan pada sosok indah ini. Tapi aku lebih suka menyebutnya : sayangku...

Tags: | Edit Tags

Wednesday April 18, 2007 - 02:07am (PDT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar