Rabu, 16 September 2009

BAPAK TERSAYANG (1)

27 Ramadhan Th 1430 H. Tahun ini merupakan tahun ke 21 kami berlebaran tanpa Bapak. Walaupun beliau udah lama nggak ada, tetep aja, ada rasa kehilangan.

Yang besar.

Sangat besar.

Beberapa hari yang lalu seorang teman bercerita tentang masa kecilnya tanpa ayah yang membuat air mataku mengembang di bawah mata dan tiba2 teringat Bapak tersayang. Alhamdulillah, masa masa bersama Bapak semasa kecil hingga beliau nggak ada selalu manis.

Dan cerita tentang Bapak seolah nggak ada habisnya.

Bapak, dimataku adalah sosok ayah ideal baik fisik maupun intelektualitasnya. Dengan sosoknya yang sampai kini kubayangkan dengan : gemuk, agak gelap dan tinggi dengan senyumnya (yang kata ibu : wah nek menjeb (senyum) kamu mirip Bapak) yang khas.

Di kakinya yang selalu bersarung atau ber celana warok ( ¾ hitam mirip karateka) aku selalu aman bersandar, sampai kuliah tingkat 2, malam terakhir kami bercakap2 segala macam hal.

Di lengannya yang gemuk, aku menyandarkan kepala melewati malam2 sambil mendengarkannya bercerita banyak hal. Lewat jari2 tangannya yang gemuk, secara diam2 aku mendengarkan beliau, sembari mengusap kening kiri ku, kadang2 dahi ku sambil mengucapkan doa-doa dalam bahasa jawa yang sebagian kuingat sampai kini : dadi anak shalehah, nduk... Dan percaya atau tidak, itu kami lakukan sampai menjelang kepergiannya, waktu aku tingkat 2. Beliau melakukannya sampai aku tidur dan paginya kudapati Bapak nggak ada disampingku. Bapak pintar membuatku aman dan nyaman sampai aku tertidur.

Bagiku, memang bapaklah sumber rasa nyaman dan aman. Bapak pula yang mendapatiku ga jadi kuliah suatu hari dan menanyakan sakitnya perutku. Bapak sudah lama pensiun, tapi dengan keahliannya, sampai menjelang kepergiannya pun, masih saja kami di support Bapak. Jadi, di usianya yang udah sepuhpun, Bapak masih kerja. Aku inget waktu tiba2 nggak jadi kekampus krn awal menstruasi saat itu membuatku sangat menderita. Bapak lah yang menutup jendela, menyiapkan air panas di botol untuk di letakkan di perutku, menyusun guling ke perutku dan memastikan aku baik2 saja dengan mengusap (seperti biasa), dahi dan pelipisku sebelum beliau berangkat beraktifitas. Entah karena dibuat seperti malam dan ada elusan lembut, aku tertidur dan ketika terbangun, tak lagi terasa sakit diperutku. Sampai sekarang, ketika saat sulit tidur datang, elusan2 di kening dan pelipis menjadi andalanku untuk tidur.

Bagiku, Bapak seperti Dewa yang bisa melakukan apa aja. Bapaklah kamus berjalanku, sumber bertanya apa aja. Mungkin kalau sekarang bisa disamakan dengan mas Google, saking banyaknya informasi yang beliau bisa share. Bapak bisa menjawab hampir semua pertanyaan ku.

Segala macam bentuk pertanyaan.

Segala macam yang aku pingin tau.

Bapak juga merupakan kamus bahasa inggris ku serta beberapa bahasa lain yang kerap muncul di TTS surat kabar yang kami isi bersama. Kemahirannya berbahasa lisan dan tulisan serta bercakap (beberapa) bahasa asing membuatnya mendapat kesempatan berkeliling eropa dan beberapa negara lain beberapa kali, antara lain karena prestasi penulisan dan bekerjanya.

Jaman dulu, aku inget, th 70an Bapak udah bepergian ke negara2 lain. Waktu itu kami belum punya telepon dirumah (kami baru memiliki telpon th 1990), dan komunikasi hanya satu arah. Lewat post card. Tentu kami ga bisa membalasnya krn bapak berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan kartu pos/ surat bisa memakan waktu 15 hari kirim. Jadi, isi post card hanya menanyakan kabar kami tanpa memerlukan jawaban, karena, ya, Insya Allah kami baik2 saja. Isi post card menceritakan keadaan terakhir pada saat postcard ditulis, atau ttg gambar di postcard tersebut. Kadang2, Bapak membuat kami bangga dengan mengirimkannya lewat sekolah. Bayangkan, betapa bangganya menunjukkan post card Bapak dari luar negeri. Saat itu, aku sempet bertekad, ingin ngikutin jejak Bapak, berkeliling dunia, menjejak belahan bumi lainnya tanpa biaya sendiri. Post card2 itu sendiri, kami kumpulkan dan kami masukkan album. Ada yang tulisan Bapak yang kami tampilkan, ada yang gambarnya kami tampilkan. Penempelan khas anak2. Penempelan khas kami.

Tentang kepergian2 Bapak keluar negeri, yang kami ingat, Bapak selalu membawa oleh2 yang mungkin saja agak aneh bagi orang lain. Untuk mbak Dani, kakak sulungku Bapak membawa setumpuk korek api dari berbagai negara. Sangat unik. Karenanya kami nggak heran waktu nonton film koboi dan menemukan jagoannya menyalakan api untuk rokok dengan hanya menyeret koret apinya ke lantai atau tembok. Bahkan sepatu.

Nggak hanya itu uniknya oleh2 Bapak. Untuk mbak Dani, Mbak Djanti, mbak Sri, dari bandara Schiphol (Belanda), misalnya, Bapak membawakan mbak2 sekantung (bener2 sekantung plastik) perangko bekas. Hanya untuk mengenalkan keberadaan negara2 lain. Mbak2 bahkan kemudian mendapatkan beberapa album biasa dan luar biasa (yang memerlukan pinset dan lembar penempel khusus). Dan mulailah mbak2 dengan rajin mengelompokkan. Ada yang khusus bunga, ada yang khusus perangko dengan ukuran ”aneh” : jajaran genjang, segitiga, setengah lingkaran dll, ada yang berdasarkan negara. Alhasil, album2 perangko kami malahan menjadi ”tidak berkelompok” krn ada yang bunga dengan bentuk perangko segitiga, kami bingung akan di kelompokkan di album mana, misalnya.

Tapi, semua masuk album. Itu yang penting. Mulailah kami mencermati satu persatu perangko. Dari Bapaklah kami tau Helvetia, Grenada, apa itu DDR (ternyata Deutsche Democratische Republic). Dan dari Bapaklah pertama kami tau ada istilah Philatelist, yang kami jamin, saat itu, kami lah yang pertama tau kata itu diantara teman2 kami.

Beberapa sisa recehan di kantong Bapak selalu menjadi rebutan kami - 4 anak perempuannya dan 1 anak lelaki yang waktu itu nggak kami anggap karena masih berumur 7 tahun - setelah suatu ketika Bapak membawa sisa uang logam dengan bentuk persegi enam!. Kami pelan2 tau bahwa ada kolektor uang seperti yang kami lakukan, dan kami tau kata numismatik, sejak SD. Tentu dari Bapak.

Kami senang dengan semua oleh2 Bapak. Dari coklat yang tiba2 mencair di dalam mulut dengan rasa hangat mengalir di tenggorokan atau dengan isi2 lainnya ( periksa isi blog : CADEUTJES, Juli 2007), atau kue2 kecil ”aneh”, atau stationeries yang lucu2 : mulai kaos kaki yang berwarna warni, setip2 pensil yang lucu2, pulpen dan pensil yang guedhe dan panjang 40an cm, dan lain2. Keliatannya, Bapak tau benar apa yang diinginkan anak2nya. Bapak nggak bawa mainan, baru kita sadar waktu kita besar. Satu2nya benda elektronik yang dibawa bapak untuk kami adalah jam tangan, dan semua mendapatkannya beda dengan lainnya, tanpa ada satupun diantara kami protes, aku mau yang itu dan tidak yang ini. Bapak menjelaskan semua fitur yang ada di jam tsb, dan buat kami sadar sekarang : pasti lama bapak pilih jam2 ini krn untuk jelaskan fitur butuh waktu, padahal bapak beli 5 macem untuk masing2 kami...

Ahhh... Bapakku hebat!!.

Tags: | Edit Tags

Tuesday October 9, 2007 - 02:45am (PDT)

3 komentar:

  1. Nitaaaaaaaa......luv this!!!
    Setuju banget!! Bapak kita adalah laki-laki terhebat yg gak tertandingi...... :) Alee juga kangeeeen banget sama APAK:(
    Semoga Bapak kita bahagiaaa & mendapat tempat terbaik disisiNya ya Nit?..Aminnn:)

    BalasHapus
  2. Nitaa.....

    HIks... aku lebaran tahun ini adalah lebaran pertamaku tanpa Bapak....

    Tanpa terasa selama ini aku kurang memperhatikan.. padahal bapak selalu menunggu kehadiran kami....
    banyak hal yang semula tidak kumengerti baru terkuak sekarang...

    Aku menyesal... harusnya aku dapat lebih menyenangkan hati bapak...

    I love you Dad....

    Nita tulisan ini mengingatkan aku sama Bapak.. yang di lebaran 1430 H ini dirayakan tanpa kehadiran Bapak....
    Tetapi Nit.. Bapak hadir di mimpiku 2 hari berturut-turut sebelum 1 Syawal 1430 H...
    Ohh rindu yang ter-obati....

    Ya Allah ampuni Bapak, dan sayangi Bapak...
    Tolong jaga dia seperti ketika Bapak menjagaku...
    Aminn.. Amin...

    BalasHapus