Ini percakapan via telp kira2 th 1994, lalu yang nggak penting, sebenernya tapi coba simak :
S : Ni, coba loe jadi bini gua, ya?
N: Emang knapa dg bini loe?
S: ya gimana yaaa.., Cuma gue kepikiran aja kalo loe jadi bini gue.
N : Loe ga pernah bilang kalo suka sama gue...(kalo aja dia bilang waktu itu, langsung he-eh, aku – begitu batinku waktu itu)
S : Siapa sih yang brani sama loe, Ni? Ditolak kan, tengsin!
N : Emang kenapa dengan gue?
S: ya, gue takut aja – kayaknya loe ga butuh gue. Bini gue, tergantung banget ma gue. Ngrepotin, kadang2, tapi kalo dipikir2, gue kan dibutuhin...
N : jadi, menurut loe, cewek harus selalu tergantung ma cowok, bersijap inferior?.
S; Naaaaaaa.... bukan gitu.....
N: lalu?
S : Gue setuju dan dukung sepenuhnya perempuan yang ambil S3, jadi astronot, jadi pemimpin ato apapun namanya, perempuan yang capai ambisinya? Gue dukung!. Satu syaratnya.
N : Apaan?
S: Perempuan itu bukan istri gue.
N: ?!?!ÐN!!
Gubrak! Percakapan berakhir dengan aku misuh2..
TIME FLIES....
Sekitar 1 th lalu dikantor tempatku kerja sekarang (2006), aku terlibat pembicaraan dengan topik poligami. Awalnya ngebicarain makanan trus ke wong solo n aku di giring ke topik the most I hate. Poligami.
Kebetulan, yang diajak diskusi adalah penganut poligami, dan argumentasi nya terkenal kuat. Disegala topik. Terpojoklah aku. Untung aku inget temenku, S.
N : ok, mas, jangan kuatir. Aku setuju kok dengan wacana poligami.
F : (senyumnya kelihatan puas), n mau komentar, langsung ku potong
N: Hanya dengan 1 syarat, mas.
N : Orang yang melakukan poligami itu bukan suamiku.
END OF DISCUSSION......
Mujarab juga ”in one condition” nya..............
Tags: | Edit Tags
Tidak ada komentar:
Posting Komentar