Entah kemana anak2 itu...
Saat itu, 14 Desember 2004 - saya berkenalan dengan kumpulan anak2 hebat yang menurut saya mereka akan lebih hebat dari yang sekarang jika teman2 membantu.
Teman2 baru saya adalah kumpulan anak2 usia 3 – 11 th sekitar 12an orang yang dengan riang menjalankan aktifitas yang mereka anggap sangat mewah. Hari itu kami mengadakan acara istimewa : membuat kue putri salju di bawah kolong jembatan tepi sungai sebelum kampung melayu (kalau dari arah tebet).
Melihat keriaan mereka, sangat disayangkan jika itu hanya euphoria sesaat. Kami berencana untuk melakukan berbagai aktifitas dengan mereka setiap 2 kali dalam sebulan (Sabtu, minggu 2 dan 4 – karena minggu 1 dan 3 jadwal anak2 mengaji). Biasanya, pada hari2 sekolah beberapa rekan kami secara bergantian membantu mereka belajar baca tulis atau doa2 singkat. Tidak lama, hanya beberapa jam saja.
Untuk gambaran, mereka adalah anak2 pemulung yang kebetulan belum punya kesempatan mengecap pendidikan. Namun berkat rahmat Allah, alhamdulillah 5 orang diantaranya akhirnya di terima di SD Muhammadiyah ( satu diantaranya masuk klas 1 pada usia 11 tahun). Sehari2 mereka tinggal di tempat yang gelap menyerupai gua (ketika pertama kali saya merasakannya seperti itu), karena kita hanya melihat cahaya dari ujung satu dan ujung lainnya. Kadang harus merunduk untuk menyusuri petak2 rumah mereka karena memang tepat berada dibawah kolong jembatan, dan hanya ada cahaya listrik dibeberapa tempat.
Saya sempat terkaget ketika mereka tiba2 menghampiri saya, mencium tangan saya dengan ingus yang tiba2 menempel di tangan saya karena beberapa diantaranya sedang pilek, kemudian salah satu anak langsung nempel (untuk kemudian minta dipangku). Sesaat mereka menghilang ( menurut rekan saya mereka mau shalat Zuhur). Tidak sampai 2 menit dengan muka basah beberapa anak kembali dan ketika saya tanya : kok cepet shalatnya? Mereka menjawab : kan nggak punya mukena!. Rupanya, mereka hanya mengikuti teman2 yang lebih besar yang akan melaksanakan shalat.
Sayang saya tidak mengikuti sampai akhir, karena 3 keponakan saya yang sangat menikmati berada dipinggiran kali punya rencana lain hari itu. Kalau tidak, mungkin saya akan melihat bagaimana muka mereka ketika pertama kali memegang tepung, mengayaknya, berebut memecah telur dan memisahkan kuning - putih nya, dan membentuk kue putri salju ala mereka : tinggi, meliuk sepanjang oven, dan bentuk2 aneh lainnya – seperti cerita teman2.
Kami berencana meneruskan acara ini (dan mudah2an dapat juga diterapkan di wilayah binaan lainnya : Gambir dan Rawamangun) dengan bantuan tenaga dan pikiran teman2. Yang kami butuhkan saat ini adalah : sukarelawan yang mau rela tanpa bayaran meluangkan waktu untuk secara bergiliran mentransfer ilmu: memasak (juga resep2 yang sangat mudah – halo JSers!) dan kepandaian lainnya. Kami juga membutuhkan buku2 bacaan supaya anak2 tertarik untuk bisa membaca, dan kami bacakan/ dongengkan disaat menunggu makanan matang yang saat ini kami simpan di gerobak, sampai kami punya tempat penyimpanan yang cukup layak.
Tags: | Edit Tags
Wednesday September 20, 2006 - 11:04pm (PDT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar